Pentingnya Teladan Guru Bagi Anak Didik
Oleh : HENDAR, S.Pd., M.Si.
HENDAR, S.Pd., M.Si. GURU MTs. NEGERI 3 TASIKMALAYA |
Teladan satu kata yang mudah untuk diucapkan namun sangat sulit untuk dilaksanakan apalagi keteladanan ini adalah suatu perbuatan yang berkesinambungan dalam berbagai aspek kehidupan. berbicara keteladan tentu luas maknanya, namun kita perlu untuk mampu melakukan bagaimana pengaruh karakter (keteladanan) guru terhadap siswanya.
Siswa merupakan asset terbesar pada satuan pendidikan, dimana siswa akan menjadi generasi penerus bangsa. Guru di satuan pendidikan merupakan faktor utama penentu mencerahkan dan mencerdaskan anak bangsa yang akan menjadi pewaris pemimpin di masa yang akan datang. Yang perlu kita lakukan adalah yang dihadapi bangsa saat ini adalah bagaimana menghidupkan kembali semangat dan tradisi keteladanan. Sebab salah satu sikap dan perilaku generasi terbaik adalah semangat untuk melaksanakan dan mempublikasikan kebaikan kepada setiap orang baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Keteladanan tidak bisa dilakukan melalui lisan saja, melainkan dengan tindakan dan perbuatan. Makin tinggi otoritas yang dimiliki, makin besar pula efek keteladanan yang dimiliki. Orang tua, guru, kepala sekolah, dan semua pihak yang senantiasa terwujud melakukan perbuatan positif dan bermanfaat untuk kepentingan orang banyak dan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari hari tentunya membawa dampak yang positif terhadap lingkungannya.
Selain mengajar, guru harus mampu mendidik, membina, dan mengevaluasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dan dimanifestasikan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Profesi guru sebagai profesi yang sangat mulia menekankan pentingnya suri tauladan yang baik bagi para pelakunya, senantiasa guru perlu membekali diri baik positif secara pribadi maupun positif sosial kemasyarakatan. . Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial. Keempat kompetensi guru tersebut tentunya kepribadian guru menambah sederetan kompetensi yang harus dimiliki, bukan saja secara intelektual, namun secara personal yaitu kepribadian yang baik, kepribadian yang sholeh, kepribadian yang memberikan keteladan, kepribadian yang memberikan inspirasi bagi peserta didiknya. Ini semua ada pada aspek karakter dan integritas guru.
Kita sering mendengar ungkapan dalam peribahasa "Guru kencing berdiri,siswa kencing berlari?". Peribahasa tersebut tentu sudah familiar di telinga kita. Makna lepas dari Peribahasa tersebut adalah sesungguhnya guru adalah manusia teladan yang segala tindak tanduknya selalu ditiru oleh semua muridnya. Karena kita tahu bahwa guru adalah seorang model hidup yang senantiasa dijadikan teladan oleh anak didiknya. Bukankah guru itu seseorang yang harus memiliki perilaku yang baik, pengetahuan dan tingkat religius yang tinggi, karena secara pribadi guru adalah sosok teladan di sekolah dan di masyarakat. Dengan kata lain seorang guru adalah sosok teladan untuk dirinya dan untuk orang lain dalam hal ini adalah anak didik dan masyarakat.
Siswa akan senantiasa mengingat apa yang dilakukan oleh gurunya, apa yang diucapkan gurunya artinya adalah segala tindak-tanduk dalam interaksi guru di sekolah akan direkam dan ditiru oleh para siswa baik perilaku yang baik maupun perilaku yang buruk yang dilakukan seorang guru. Artinya adalah betapa penting dan besarnya pengaruh guru bagi pembentukan karakter peserta didik.
Berbicara perilaku guru berarti kita sedang membicarakan karakter guru yang menjadi idola bagi peserta didiknya. Tentu ketika seseorang menjadi idola, maka sang idola itu harus menjaga, mengembangkan dan tentunya meningkatkan pribadinya dengan berbagai kompetensi dalam upaya perbaikan dan peningkatan karirnya menjadi seorang guru. Peranan orangtua dalam upaya memilihkan guru-guru yang memiliki jiwa-jiwa pendidik yang tentu harus selektif.
Penilaian teladan guru bukan hanya oleh siswa, melainkan orang tua siswa bahkan semua masyarakat. Orangtua bukan saja melihat dari sisi latar belakang akademik guru, namun lebih dari itu bagaimana melihat kepada kepribadian guru.
Berbicara dunia pendidikan tak lepas dari kata mengajar dan mendidik. Bagi orang awam hal ini dipandang suatu hal yang sama, namun sebenarnya makna dari mengajar dan mendidik ini mempunyai arti yang berbeda. Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Dibandingkan dengan pengertian mengajar, maka pengertian mendidik lebih mendasar.
Mendidik tidak sekedar hanya mengajar, tetapi juga transfer perilaku. Mendidik diartikan secara utuh, baik pada ranah kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berkepribadian. Berkaitan dengan soal pembentukan kepribadian atau karakter anak didik, maka mendidik juga harus merupakan usaha untuk memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses internalisasi nilai-nilai pada dirinya, sehingga akan lahir suatu sikap yang baik. Sehubungan dengan uraian dan kenyataan tersebut, maka mengajar dalam kegiatan belajar-mengajar harus diterjemahkan secara konseptual, disinkronisasikan dengan pengertian mendidik.
Maka seyogyanya para orangtua harus sangat selektif dalam memilihkan guru-guru bagi anak-anaknya. Orangtua jangan lupa di lingkungan keluarga harus menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagai orang tua pertama, selain itu orang tua harus lebih tepat memilihkan guru-guru terbaik yang berkepribadian baik untuk anaknya. Tentunya guru yang berkepribadian baik akan menularkan keteladanan untuk anak-anaknya.
Silahkan Baca juga:
Advertisement
0 Komentar:
Post a Comment