Halo KKG, MGMP Apa Kabar?
Oleh: Asep Saepulmillah*
Kenyataannya, peran KKG dan MGMP masih belum optimal. Forum guru ini masih belum teratur dan tidak konsisten jika dikatakan sebagai wadah pengembangan keprofesian berkelanjutan ( continuing professional development) atau PKB, Mengapa? Karena terbukti, masih banyak guru yang menganggap bahwa PKB itu sifatnya pragmatis hanya untuk keperluan pemenuhan angka kredit atau untuk kenaikan pangkat. Program yang digulirkan pemerintah ini belum menyentuh pada inti atau ruh KKG/MGMP yakni peningkatan mutu pembelajaran.
Di samping bersifat pragmatis, keberadaan PKB di KKG/MGMP bersifat proyek. Karena bersifat proyek maka yang dibidik oleh program tersebut masih belum merata, dalam hal ini adalah guru-guru sekolah negeri yang PNS, sedangkan guru sekolah/madrasah swasta harus bersabar dalam dalam penantian. Artinya, mutu pendidikan masih didominasi oleh madrasah/sekolah negeri yang kesejahteraan dan fasilitasnya relatif mapan.
Hasil kajian Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), sebuah lembaga kemitraan Kemendikbud, melaporkan bahwa banyak guru tidak menerima program pengembangan profesional yang berkesinambungan. Sedikit bimbingan praktik kerja oleh fasilitator eksternal, kepala sekolah, pengawas maupun guru berpengalaman.
Diakui dengan menggunakan metode berjenjang pembinaan guru inti kemudian disebarkan kepada guru lain dirasa kurang efektif. Di sini, pentingnya kegiatan jangka panjang berbasis kerja kelompok (teamwork). Oleh karena itu diperlukan optimalisasi atau revitalisasi KKG, MGMP.
MGMP sebenarnya merupakan organisasi yang sangat strategis untuk mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme guru. Namun berdasarkan peņgamatan penulis terhadap organisasi yang lahir lebih dari 2 dasawarsa ini, kinerjanya belum optimal karena kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya belum memenuhi kebutuhan para guru untuk meningkatkan profesionalisme mereka.
Beberapa faktor yang memengaruhi pasang surutnya peran KKG/MGMP, diantaranya ukuran organisasi yang masih terlalu besar, manajemen yang belum matang, ketersediaan anggaran yang belum mencukupi, serta dukungan para stakeholder yang dirasa masih kurang. Di samping itu, pembentukan MGMP dan pelaksanaannya sebagian masih formalitas dan tuntutan birokrasi sehingga tidak terkelola secara mandiri.
MGMP belum memberikan hasil yang signifikan bagi pengembangan kualitas kompetensi guru. Studi yang dilakukan oleh world bank bahwa hanya 50% guru yang terhimpun dalam KKG/ MGMP, dan hanya 40% yang mendapatkan pengetahuan terkait materi ajar dan praktik mengajar. 33% guru di KKG dan 32% di MGMP yang mendapatkan pengetahuan terkait dengan riset tindakan kelas. (PR, 10/6/2016). Melihat kondisi seperti ini keberadaan MGMP tampak mati suri.
Sejatinya KKG, MGMP menjadi jaringan alternatif yang mengorganisasikan guru untuk bertemu secara berkala. Mengapa? karena forum ini merupakan jalur yang paling banyak dan mudah ditempuh guru dalam menerima program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). Untuk memberikan akses yang mudah bagi guru, pembentukan KKG/MGMP tidak hanya di tingkat kabupaten/kota, tetapi dapat dibentuk di tingkat wilayah atau zona, yaitu gabungan beberapa sekolah/madrasah terdekat baik di satu kecamatan atau beberapa kecamatan.
Muatan yang disajikan KKG/MGMP melalui program kegiatan semestinya dapat menyentuh pada kebutuhan guru secara aplikatif di kelas. Sejauh ini, kegiatan kelompok dan musyawarah guru hanya seputar masalah klasik dan konvensional, seperti perangkat administrasi, belum menyentuh aspek metodologi dan evaluasi. Padahal, dengan penguasaan kompetensi praktis seperti pendekatan, metode dan penilaian pembelajaran dapat mendorong guru mengetahui pola mengajar di kelas. Dengan demikian, guru mampu meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Simulasi praktik mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang dirancang bersama di KKG/MGMP dapat memberi pelajaran yang efektif bagi guru. Guru dapat melakukan evaluasi dan refleksi atas simulasi praktik mengajar, - yang dilakukan dengan teman sejawat ( peer teaching) maupun dengan peserta didik di kelas yang senarnya ( real teaching), untuk perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran selanjutnya dilakukan berdasarkan bukti penelitian dan data.
Disamping muatan tentang penguasaan metodologis, guru di KKG diharapkan proaktif merespon isu-isu aktual yang berkembang di dunia pendidikan saat ini. Misalnya, bagaimana kumpulan guru ini menyikapi perubahan paradigma pembelajaran era milenial, era transformasi digital 4.0, 5.0, 6.0 dan seterusnya. Tantangan terbesar pembelajaran era ini bukan hanya diskusi tentang apa yang akan diajarkan (subject matters) tetapi mempersiapkan peserta didik mampu menerapkan cara belajar dan meraih informasi serta memanfaatkannya dalam kehidupan.
Kebijakan pemerintah sekarang mulai fokus untuk mengembangkan keterampilan abad 21 yang meliputi keterampilan berpikir kritis (critical thinking) dan pemecahan masalah (problem solving), kolaborasi (collaboration), komunikasi (communication), dan kreativitas (creativity). Pengembangan literasi, penguatan karakter dan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) dalam pembelajaran juga menjadi subjek diskusi dan diseminasi aplikatif antar guru di forum ini.
Pembelajaran abad 21 dengan karakteristik di atas hanya bisa dicapai jika guru diberikan kemampuan untuk mengajar keterampilan tersebut secara efektif. Oleh karena itu semestinya KKG/ MGMP menjadi kerangka dan wadah yang efektif untuk memfasilitasi pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan.
Saat ini geliat guru untuk membangkitkan kembali peran ĶKG/MGMP makin melemah dengan berbagai alasan. Di sisi lain, banyak guru yang bersemangat ingin mengembangkan kompetensi profesionalismenya melalui melalui komunitas belajar yang tepat. Mereka membutuhkan wadah pertemu, baik yang langsung maupun tidak langsung melalui akses media jejaring. Untuk itu, guna menguatkan kembali (revitalisasi) gairah kumpulan musyawarah para guru ini dibutuhkan dukungan dari manajemen sekolah dalam hal perizinan dan penganggaran sekolah/madrasah.
Disamping itu, kelompok musyawarah guru ini diharapkan mampu mengemas program yang up- to-date sesuai dengan kebutuhan guru dalam pembelajaran milenial; juga mampu memanfaatkan anggaran yang disediakan pemerintah untuk peningkatan mutu melalui program pengembangan profesi berkelanjutan; atau membangun kerja sama dengan pihak perusahaan dalam pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR). Jadi, ungkapan pertanyaan pada judul di atas bisa terjawab: "KKG/MGMP Insya Allah sukses, sehat, tetap semangat, alhamdulillah".
*Pengawas Madrasah Kemenag Kab. Tasikmalaya, Learning Trainer and Consultant, Pembina MGMP Bahasa Inggris MTs, Kab.Tasikmalaya.
Silahkan Baca juga:
Advertisement
0 Komentar:
Post a Comment