Banyak pola komunikasi sebagai ilmu terapan dari teori komunikasi, sosial dan psikologi. Melalui tulisan ini penulis tertarik untuk memerikan 9 isyarat Al-Quran tentang pola komunikasi serta implikasinya dalam pembelajaran yang disarikan dari Kitab Al Wāfī fī syarh al Arbaīn al Nawawiyat karya Musthafa Dieb al Bagha.
Pertama, bertutur kata yang baik (qawlan ma’rūfan), Q.s 2:263, 4:8, 33:32. Maksudnya ketika berbicara dengan murid maka bicaralah dengan bahasa yang sesuai dengan tradisi, etika dan norma yang berlaku di masyarakat; berbicaralah dengan tutur kata yang sesuai dengan tingkat kematangan usia dan pemahaman peserta didik, alā qadri uqūlihim, bahkan dengan bahasa yang dapat diterima oleh segenap usia. Sampaikan pesan sesuai kondisi dan lingkungan saat komunikasi itu terjadi supaya pembicaraan itu fokus dan terarah.
Kedua, bertutur kata yang mulia (qawlan karīman), Q.s. 17:23. Maksudnya ketika berbicara dengan murid, gunakan tutur kata yang santun, enak didengar dan menyejukkan. Hindari tutur kata yang menyinggung fisik atau perasaan, tidak menghina, tidak merendahkan, juga tidak menggurui.
Ketiga, bertutur kata yang pantas (qawlan maysyūran), Q.s. 17:28. Maksudnya, guru hendaknya berbicara dengan kata-kata yang jelas dan mudah difahami oleh muridnya. Bahasanya menyejukkan hati tidak meresahkan atau membuat peserta didik gundah atau tambah masalah. Guru berharap bahwa pesan yang disampaikannya dapat diterima oleh si penerima pesan dengan baik. Oleh karena itu dalam praktik pembelajaran disamping bahasa verbal atau non verbal guru diharapkan dapat menggunakan media (delivery channel) agar mudah menyampaikan informasi kepada murid.
Keempat, bertutur kata yang mengena dan membekas (qawlan balīghan), Q.s. 4:63.
Dalam hal ini, bahasa yang digunakan guru harus efektif sehingga tepat sasaran dan tujuan, dan efisien artinya tidak berputar -putar, tidak ngeyel atau lebay. Oleh karena itu sebelum menyampaikan guru hendaknya mengetahui dengan jelas tujuan, isi pesan, dan sasaran supaya arah pembicaraannya fokus dan mengena.
Kelima, bertutur kata yang lemah lembut (qawlan layyinan), Q.s. 20:44. Maksudnya, berbicara dengan murid dengan bahasa yang halus sehingga menyerap ke relung hatinya, tidak kasar dan tidak menyinggung. Bertutur kata yang lembut kepada murid dapat membuat dirinya merasa nyaman, dihargai dan sejajar sehingga memudahkan proses komunikasi dalam dua arah. Diharapkan guru dapat menghargai setiap muridnya didiknya, karena mereka butuh pengakuan atau penghargaan. Sikap ini akan membangun kerjasama yang sinergis antara guru dan murid.
Keenam, bertutur kata yang benar dan berimbang (qawlan syadīdan), Q.S. 4:9, 33:70. Ketika memberi pelajaran atau mendamaikan murid, gunakan bahasa yang berimbang atau adil kepada berbagai pihak, tidak ada keberpihakan kepada salah seorang. Tidak ada yang merasa dilebihkan atau tersisihkan dalam komunikasi, semuanya mendapat perlakuan yang sama.
Ketujuh, bertutur kata yang berbobot (qawlan ‘azhīman), Q.S. 17:40. Gunakan tutur kata yang sarat dengan hikmah dan makna kehidupan ketika menyampaikan pesan kepada murid. Perkataan berbobot itu penuh inspiratif, menyentuh, dan aplikatif dalam kehidupan. Sebaliknya perkataan yang kurang berbobot, garing, akan terlewati tanpa makna. Gunakan kata yang dapat memotivasi, menyadarkan dan merubah paradigma murid atas suatu permasalan.
Kedelapan, bertutur kata yang berisi pesan Ilahiyah (qawlan min rabbi al rahīm), Q.S. 36:57. Hendaknya guru menyampaikan pesan-pesan, keteladanan dan hikmah yang bersumber dari Tuhan. Guru sebaiknya banyak membaca kisah-kisah teladan, kisah-kisah yang durhaka yang disampaikan oleh Allah SWT dalam kitab suci-Nya. Sampaikan berita baik (targhib) bagi orang yang mengikuti jalan Tuhan dan ancaman (tarhib) bagi orang yang melanggarnya.
Kesembilan, bertutur kata yang berat (qawlan tsaqīlan), Q.S. 73: 5. Maksudnya tutur kata yang mengandung informasi berkewajiban syariah (taklifi), halal-haram, dan berimplikasi hukum pidana atau perdata. Dalam hal ini setidaknya guru memahami pengetahuan praktis keagamaan dan hukum berlaku di masyarakat walaupun tidak memadai seperti seorang ahli. Di sinilah peran suci guru sebagai penerus para nabi yang bertanggung jawab membimbing dan mengarahkan murid menemukan jalan yang benar.
Demikian isyarat Al-Quran tentang pola berkomunikasi yang dikaitkan dengan pembelajaran. Diharapkan ini dapat menambah khazanah pengetahuan dan keterampilan praktis bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada murid di dalam atau di luar kelas. Karena inti pembelajaran itu mengomukasikan ide atau pesan maka penerapan pola komunikasi yang tepat dapat mempermudah tercapainya tujuan pendidikan. Sebaliknya pola komunikasi yang tidak tepat tidak hanya dapat menyulitkan tercapainaya tujuan pembelajaran, tetapi dapat menimbulkan permasalan baru. Wallāhu ‘alam.
*Learning Trainer, Konsultan Pendidikan Madrasah Kemenag Kab. Tasikmalaya
Email: asep_saepulmillah40@yahoo.com
Pertama, bertutur kata yang baik (qawlan ma’rūfan), Q.s 2:263, 4:8, 33:32. Maksudnya ketika berbicara dengan murid maka bicaralah dengan bahasa yang sesuai dengan tradisi, etika dan norma yang berlaku di masyarakat; berbicaralah dengan tutur kata yang sesuai dengan tingkat kematangan usia dan pemahaman peserta didik, alā qadri uqūlihim, bahkan dengan bahasa yang dapat diterima oleh segenap usia. Sampaikan pesan sesuai kondisi dan lingkungan saat komunikasi itu terjadi supaya pembicaraan itu fokus dan terarah.
Kedua, bertutur kata yang mulia (qawlan karīman), Q.s. 17:23. Maksudnya ketika berbicara dengan murid, gunakan tutur kata yang santun, enak didengar dan menyejukkan. Hindari tutur kata yang menyinggung fisik atau perasaan, tidak menghina, tidak merendahkan, juga tidak menggurui.
Ketiga, bertutur kata yang pantas (qawlan maysyūran), Q.s. 17:28. Maksudnya, guru hendaknya berbicara dengan kata-kata yang jelas dan mudah difahami oleh muridnya. Bahasanya menyejukkan hati tidak meresahkan atau membuat peserta didik gundah atau tambah masalah. Guru berharap bahwa pesan yang disampaikannya dapat diterima oleh si penerima pesan dengan baik. Oleh karena itu dalam praktik pembelajaran disamping bahasa verbal atau non verbal guru diharapkan dapat menggunakan media (delivery channel) agar mudah menyampaikan informasi kepada murid.
Keempat, bertutur kata yang mengena dan membekas (qawlan balīghan), Q.s. 4:63.
Dalam hal ini, bahasa yang digunakan guru harus efektif sehingga tepat sasaran dan tujuan, dan efisien artinya tidak berputar -putar, tidak ngeyel atau lebay. Oleh karena itu sebelum menyampaikan guru hendaknya mengetahui dengan jelas tujuan, isi pesan, dan sasaran supaya arah pembicaraannya fokus dan mengena.
Kelima, bertutur kata yang lemah lembut (qawlan layyinan), Q.s. 20:44. Maksudnya, berbicara dengan murid dengan bahasa yang halus sehingga menyerap ke relung hatinya, tidak kasar dan tidak menyinggung. Bertutur kata yang lembut kepada murid dapat membuat dirinya merasa nyaman, dihargai dan sejajar sehingga memudahkan proses komunikasi dalam dua arah. Diharapkan guru dapat menghargai setiap muridnya didiknya, karena mereka butuh pengakuan atau penghargaan. Sikap ini akan membangun kerjasama yang sinergis antara guru dan murid.
Keenam, bertutur kata yang benar dan berimbang (qawlan syadīdan), Q.S. 4:9, 33:70. Ketika memberi pelajaran atau mendamaikan murid, gunakan bahasa yang berimbang atau adil kepada berbagai pihak, tidak ada keberpihakan kepada salah seorang. Tidak ada yang merasa dilebihkan atau tersisihkan dalam komunikasi, semuanya mendapat perlakuan yang sama.
Ketujuh, bertutur kata yang berbobot (qawlan ‘azhīman), Q.S. 17:40. Gunakan tutur kata yang sarat dengan hikmah dan makna kehidupan ketika menyampaikan pesan kepada murid. Perkataan berbobot itu penuh inspiratif, menyentuh, dan aplikatif dalam kehidupan. Sebaliknya perkataan yang kurang berbobot, garing, akan terlewati tanpa makna. Gunakan kata yang dapat memotivasi, menyadarkan dan merubah paradigma murid atas suatu permasalan.
Kedelapan, bertutur kata yang berisi pesan Ilahiyah (qawlan min rabbi al rahīm), Q.S. 36:57. Hendaknya guru menyampaikan pesan-pesan, keteladanan dan hikmah yang bersumber dari Tuhan. Guru sebaiknya banyak membaca kisah-kisah teladan, kisah-kisah yang durhaka yang disampaikan oleh Allah SWT dalam kitab suci-Nya. Sampaikan berita baik (targhib) bagi orang yang mengikuti jalan Tuhan dan ancaman (tarhib) bagi orang yang melanggarnya.
Kesembilan, bertutur kata yang berat (qawlan tsaqīlan), Q.S. 73: 5. Maksudnya tutur kata yang mengandung informasi berkewajiban syariah (taklifi), halal-haram, dan berimplikasi hukum pidana atau perdata. Dalam hal ini setidaknya guru memahami pengetahuan praktis keagamaan dan hukum berlaku di masyarakat walaupun tidak memadai seperti seorang ahli. Di sinilah peran suci guru sebagai penerus para nabi yang bertanggung jawab membimbing dan mengarahkan murid menemukan jalan yang benar.
Demikian isyarat Al-Quran tentang pola berkomunikasi yang dikaitkan dengan pembelajaran. Diharapkan ini dapat menambah khazanah pengetahuan dan keterampilan praktis bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada murid di dalam atau di luar kelas. Karena inti pembelajaran itu mengomukasikan ide atau pesan maka penerapan pola komunikasi yang tepat dapat mempermudah tercapainya tujuan pendidikan. Sebaliknya pola komunikasi yang tidak tepat tidak hanya dapat menyulitkan tercapainaya tujuan pembelajaran, tetapi dapat menimbulkan permasalan baru. Wallāhu ‘alam.
*Learning Trainer, Konsultan Pendidikan Madrasah Kemenag Kab. Tasikmalaya
Email: asep_saepulmillah40@yahoo.com
0 Komentar:
Post a Comment