MENYAMBUT BULAN ROJAB 2019

MENYAMBUT BULAN ROJAB
Oleh : Oo Hanafiah, M.Ag

Bulan Rojab merupakan bulan yang diagungkan dari tiga bulan yang agung yaitu ; Bulan Rojab, Bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan. 
ان رجب شهرالله وشعبان شهري ورمضان شهر امة 
“ Sesungguhnya bulan Rojab adalah bulan Alloh, bulan Sya’ban bulan Aku (Nabi Muhammad), dan bulan Ramadhan adalah bulan UmatKu” 
Yang dilakukan Umat Islam dalam penyambutan bulan Rojab adalah : 
1.Dengan melakukan Sholat Rojab 42 rokaat, yang terdiri dari : a.Pada malam pertama 10 rokaat, dengan kaifiatnya , dilaksanakan 5 salam 2 rakaat – 2 rakaat. Niatnya 
 اصلي سنة شهر رجب ركعتين لله تعلي 
“ Niat saya sholat sunat Rojab dua rakaat karena Allah ta’ala” 
Setiap selesai surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Ikhlas 3 X dan Al Kaafiruun 3 X. b.Pada malam Jum’at pertama 12 rakaat. Kaifiatnya setiap selesai bacaan Surat Al-Fatihan dilanjutkan dengan membaca : Surat Al-Qadar 3 X dan Al-Ikhlas 12 X. c.Pada malam 15 10 rakaat seperti pada malam pertama d.Pada malam terakhir 10 rakaat seperti pada malam pertama. 
2.Dengan melakukan saum. Rasululloh SAW bersabda :
 صوم اول يوم من رجب كفارة ثلاث ثنين و الثاني كفارة سنتين واثالث كفارة سنة 
“ Saum diawal bulan Rojab menghapus dosa tiga tahun, pada hari ke dua menghapus dosa dua tahun, dan puasa pada hari ke tiga menghapus dosa satu tahun.” 
3.Dengan memperbanyak bacaan sholawat Hal ini disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW setelah Isra Mi’raj, beliau bersabda :
 رايت ليلة المعراج نهرا مائوه احلي من العسل وابرد من الثلج واطيب من المسك فقلت لجبرائيل لمن هذا قال : لمن صلئ عليك في رجب 
“ Aku melihat pada waktu Mi’raj suatu sungai, yang airnya lebih manis daripada madu, dinginnya lebih daripada es, dan wanginya lebih daripada minyak kesturi. Nabi SAW bertanya pada malaikat Jibril : Wahai Jibril ini untuk siapa ? Malaikat Jibril menjawab : “ untuk umatmu yang membaca solawat kepadamu pada bulan Rojab “

Pengertian Pendidikan


 Pengertian Pendidikan
Oleh : Oo Hanapiah, M.Ag


Pengertian Pendidikan Dalam Arti Luas
Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup. Artinya, pendidikan adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Contoh ; seorang anak tertarik dengan nyala api yang membara, ia memegangnya, merasakan panas, dan berdasarkan pengalaman itu akhirnya ia selalu hati-hati apabila menghadapi atau menggunakan api .Dengan maksud meningkatkan kualitas diri, mahasiswa menuntut ilmu di suatu perguruan tinggi. Ketika terjadi suatu bencana alam, seseorang menyadari dosa-dosa yang telah diperbuatnya, segera bertaubat kepada Tuhannya, dan berupaya untuk tidak berbuat dosa lagi.
Dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Pendidikan tidak terbatas pada penyekolahan (scholing) saja, bahkan pendidikan berlangsung sejak lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan berlangsung diberbagai tempat atau lingkungan, baik di dalam keluarga, di sekolah, maupun di dalam masyarakat.
Disadari ataupun tidak pendidikan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti luas , tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar dan tidak ditentukan di luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, jumlah tujuan pendidikan tidak terbatas. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup.

Pengertian Pendidikan dalam Arti Sempit
Dalam arti sempit, pendidikan dalam prakteknya identik dengan penyekolahan (scholing), yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol.
Dalam arti sempit, pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah atau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi (lembaga pendidikan formal). Pendidikan dilakukan dalam bentuk pengajaran (intruction) yang terprogram dan bersifat formal. Pendidikan berlangsung di sekolah atau di lingkungan tertentu yang diciptakan secara sengaja dalam konteks kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Lamanya pendidikan untuk setiap individu bervariasi, mungkin enam tahun, sembilan tahun, dan bahkan mungkin kurang atau lebih dari itu sesuai dengan kesempatan dan kemampuan biaya yang dimilikinya. Pendidikan mempunyai titik terminal yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
Dalam pengertian sempit, tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar, tujuan pendidikan terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu, tujuan pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat.

Peranan Nilai dalam Perencanaan Pendidikan

Peranan Nilai dalam Perencanaan Pendidikan
Oleh : Oo Hanafiah, M.Ag
Guru Bidang Studi SKI MTs. Puteran


Seorang perencana pendidikan dituntut untuk mengetahui dan memberikan perhatian besar terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekaligus mengetahui bagaimana pengaruh nilai-nilai tersebut secara ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat. Ada beberapa alasan dan pertimbangan mengapa dalam perencanaan pendidikan perlu memperhatikan nilai-nilai, di antaranya adalah nilai-nilai motivasi bagi terwujudnya tujuan dan untuk mencari landasan kebijakan yang tepat, nilai-nilai (values) adalah akar dari keharmonisan sosial dalam upaya menghindari benturan antara tujuan individu dan kebijakan yang ada, nilai-nilai dianggap sebagai suatu pondasi masyarakat yang mampu mengatasi timbulnya hal-hal yang bersifat destruktif, dengan nilai-nilai kita dapat menciptakan keseimbangan antara tujuan yang hendak dicapai dengan tujuan yang dihasilkan , dan nilai-nilai juga mampu menghindari pandangan bias dari perencana itu sendiri.

SEKOLAH IDAMANKU

SEKOLAH IDAMANKU
Oleh: Deuis Srihidayati, M.M.Pd.*

*Guru di MTsN 1 Tasikmalaya
Mulai bulan Januari akhir biasanya para orang tua sudah mulai mencari referensi sekolah-sekolah yang nantinya akan dipilih untuk anaknya melanjutkan sekolah baik melalui brosur, promosi agen, rekomendasi teman dekat, maupun internet.

Jika anak menyerahkan pilihan kepada orang tua mau kemana dia melanjutkan sekolah, masalahnya akan lebih mudah. Orang tua lebih berfokus pada mencari dan mengetahui potensi anak, mau dikembangkan seperti apa dan bagaimana membentuknya dan dimana tempat atau sekolah yang tepat untuk memfasilitasinya agar potensi anak muncul dengan optimal.

Lain halnya jika anak memiliki pilihan sendiri. Dan pilihannya bertolak belakangan dengan keinginan orang tua. Apa yang harus dilakukan? Komunikasi. Bicarakan dengan anak dari hati ke hati. Pertama dengarkan penjelasan kepada anak mengapa dia memilih sekolah itu?, fahami keinginannya, mengerti tujuan dari kacamatanya, baru kemudian kita memberikan menjelaskan sekolah-sekolah pilihan yang menurut kita terbaik untuknya.

Suatu hari ada siswa yang bertanya “Bunda … sekolah yang aku survey semuanya bagus, lalu aku harus memilih yang mana?” Saya menjawab “Diantara sekolah yang bagus itu coba lihat sekolah yang mengadakan banyak kegiatan ektrakulikulernya (ekskul). Dengan begitu kamu memiliki banyak kesempatan untuk menemukan dan mengeksplorasi potensi-potensi yang kamu miliki”. 

Para orang tua dan siswa mesti mencari, memilih dan memilah sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung di sekolah yang menjadi idamannya. Apa itu sekolah idaman? Idaman memiliki arti sesuatu yang didambakan, diharapkan atau dicita-citakan. Sekolah idaman bermakna sekolah yang diharapkan oleh para orang tua dan siswa untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman belajar guna meraih masa depan yang gemilang.

Untuk para orang tua yang masih pusing mencari sekolah seperti apa yang tepat untuk anaknya, berikut ini ada beberapa kriteria sekolah idaman:

Pertama, sekolah yang komunikatif.. Pihak sekolah (terutama sekolah yang menggunakan system boarding school/asrama atau pesantren) secara berkala menyampaikan perkembangan anaknya kepada orang tua sebagai mitra dalam mendidik. Media yang digunakan bisa melalui surat atau media sosial. Kita akan mengetahui perkembangan anak dan merasa dekat walaupun kita tinggal jauh terpisah dengannya.

Kedua, sekolah yang kooperatif. Sekolah memberikan kebebasan kepada siswa baik mengenai pendidikan maupun biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua tanpa merendahkan derajat sama sekali. Sekolah, guru dan masyarakat bekerja sama untuk menyediakan lingkungan yang terbaik untuk para siswanya.

Ketiga, sekolah yang religius.  Sekolah yang mendasarkan akhlakul karimah dalam segala aspek kehidupan sekolah, bukan hanya terpajang dalam papan visi misi sekolah tapi menjadikan akhlak sebagai ruh sekolah menanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja sama, visioner dan lain sebagainya.

Keempat, Kreatif. Sekolah mengarahkan siswanya untuk menjadi insan yang kreatif, mampu mencipta dan menghasilkan karya.

Kelima, konsisten menjalankan visi misi sekolah. Semua kegiatan sekolah menggambarkan visi misi baik dari perangkat lunak (sikap kepala sekolah, guru dan siswa) maupun perangkat kerasnya (sarana dan prasarana)

Keenam, sekolah yang menyediakan banyak kegiatan Ekstrakurikuler (ekskul). Sekolah memfasilitasi berbagai macam potensi yang dimiliki siswa, sehingga menciptakan keseimbangan antara kemampuan akademis dan non akademis. Orang tua siswa senang jika anaknya sibuk dan banyak kegiatan apalagi jika kegiatannya bermakna dan berguna bagi masa depan. Ekskul yang kreatif bisa menjadi solusi.

Tak kalah penting dari hal diatas adalah kualitas bangunan. Bangunan sekolah yang rusak, kebersihan dan perawatan yang terjaga akan memberikan kenyamanan pada siswa sehingga proses kegiatan belajar dan mengajar berjalan dengan kondusif.

Bagaimana jika anak kita tidak diterima di sekolah yang menurut kita itu sekolah terbaik untuk anak kita? Sekolah itu adalah sekolah idaman kita? Apakah kita harus melakukan berbagai cara untuk meloloskannya? Apakah kita merasa bahwa kalau anak kita tidak masuk di sekolah itu maka masa depan anak akan suram? Ataukah kita akan mencari sekolah lain dengan keyakinan bahwa dimanapun anak kita bersekolah dia akan mendapatkan kesuksesan?

Ada hal penting yang seyogyanya menjadi perhatian

Pertama, Jangan memaksakan kehendak kepada anak. Sekolah yang menurut kita baik bisa jadi tidak baik dalam pandangan anak. Jika anak tidak nyaman dengan sekolahnya, lalu bagaimana dia akan berkembang dan berkarya? bagaimana dia akan dengan leluasa berusaha meraih mimpi-mimpinya sementara dia merasa dalam tekanan cita-cita orang tuanya?

Kedua, tanamkan dalam fikiran kita bahwa sekolah itu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada sekolah yang sempurna. Mungkin unggul dalam satu hal dan kurang dalam hal lain. Jika seperti itu maka pilihlah sekolah yang lebih banyak mengaplikasikan aspek religi dalam semua kegiatannya. Mengapa demikian? Karena hal tertinggi dari ilmu pengetahuan adalah pembentukan akhlak (karakter).

Ketiga, jika pada akhirnya anak kita harus terjebak pada sekolah yang tidak termasuk dalam daftar sekolah idaman kita, maka yakinlah bahwa sekolah bukan satu-satunya faktor yang menentukan kesuksesan anak-anak kita. Ada hal paling utama dari itu yaitu perhatian orang tua. Rumah menjadi sekolah utama bagi anak dimana anak bisa mengeksploitasi semua kemampuannya dengan stimulus, bimbingan, arahan, kenyamanan dari kedua orang tuanya.


MENGANALISA KESIAPAN PELAKSANAAN UNBK (UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER)

MENGANALISA KESIAPAN PELAKSANAAN UNBK (UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER)
Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.

Kebijakan pemerintah mengenai pelaksanaan Ujian Nasional (UN) untuk tahun pelajaran 2006/2017 harus tetap dilaksanakan. Hal ini merupakan hasil rakor antara menteri pendidikan dengan presiden republik Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2016 yang mengeluarkan kebijakan bahwa UN harus tetap dilaksanakan pada tahun pelajaran 2016/2017, bahkan kebijakan yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan adalah bahwa kegiatan UN harus dilaksanakan menggunakan komputer atau UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer).

Kebijakan pelaksanaan UNBK diperkuat oleh surat edaran menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengintruksikan kepada seluruh sekolah dibawah nauangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tingkat SMP, SMK dan SMA kecuali sekolah luar bisaa (SLB) harus melaksanakan UNBK mulai tahun ajaran 2016/2017. Kebijakan terbut mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai pihak terutama para pelaksana satuan pendidikan di tingkat SMP dan SMK, atau SMA.

Beragam tanggapan, baik positif maupun negatif bermunculan, kesiapan sekolah atau madrasah dalam melaksanakan UNBK menjadi perhatian yang paling besar dari berbagai pihak. Kesiapan pelaksanaan UNBK dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor yang paling besar adalah mengenai kesiapan peralatan dan kelengkapan yang harus disediakan oleh sekolah/madrasah. Peralatan dan kelengkapan yang harus ada adalah komputer yang sesuai spesifikasinya dengan yang disyaratkan oleh pemerintah agar sekolah atau madrasah bisa melaksanakan UNBK.

Selain itu sumber daya manusia yang ada di sekolah/madrasah yang belum tersedia menjadi kendala yang dihadapi oleh beberapa satuan pendidikan. Kurangnya pendidik atau tenaga kependidikan yang menguasai peralatan IT (Informasi dan Teknologi) membuat sekolah/madrasah kesulitan untuk melaksanakan UNBK, karena proktor dan teknisi yang merupakan petugas penting dalam pelaksanaan UNBK harus memiliki kemampuan tentang jaringan komputer dan pengetahuan komputer tingkat lanjut belum tersedia secara merata di seluruh satuan pendidikan.

Kesiapan peserta didik dalam pelaksanaan UNBK juga menjadi perhatian yang besar bagi para pelaksana pendidikan di satuan pendidikan. Kurangnya penguasaan peserta didik dalam mengoperasikan komputer menjadi permasalahan yang juga harus menjadi perhatian. Tidak semua peserta didik sudah terbisaa menggunakan computer dalam kegiatan sehari-hari, bahkan di beberapa satuan pendidikan ada beberapa peserta didik yang tidak tahu teknik dasar menggunakan komputer, seperti menghidupkan atau mematikan komputer, cara menggunakan mouse dan sebagainya.

Ketersediaan jaringan internet yang masih terbatas juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Jaringan yang kurang baik menjadi salah satu kendala yang yang harus ditangani oleh satuan pendidikan agar kegiatan UNBK bisa dilaksanakan. Penyebaran sekolah/madrasah yang berada  samapi ke pelosok nusantara menjadi hal yang perlu diperhatikan, mengingat tidak semua daerah sudah terjangkau internet.

Berbagai kendala yang sudah diuraikan sebelumnya sangat terasa oleh satuan pendidikan terutama untuk satuan pendidikan yang berada di daerah yang terpencil, terluar dan terdepan yang masih sedikit terjamah oleh kemajuan teknologi. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang terkesan mendadak ini membuat kelimpungan beberapa penyelenggara pendidikan, karena dalam waktu yang relatif singkat harus menyediakan peralatan dan perlengkapan UNBK yang sangat banyak dan tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit dan sekolah/madrasah swasta yang hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa BOS (Biaya Operasional Sekolah) tidak akan mampu menyediakan perlatan dan perlengkapan tersebut dalam waktu singkat.

Parameter yang harus dijadikan dasar pemerintah mengeluarkan kebijakan adalah dengan melihat sekolah/madrasah yang ada di pelosok daerah bukan sekolah/madrasah yang ada di kota-kota besar, sebab bukan jadi rahasia lagi bahwa terjadi kesenjangan yang cukup tinggi antara sekolah/madrasah yang ada di kota-kota besar dengan sekolah/madrasah yang ada di pelosok daerah. Pendidikan yang belum merata serta penguasaan ICT yang masih kurang untuk sebagaian pelaksana satuan pendidikan mestinya menjadi bahan pemikiran pemerintah untuk menyelesaikannya terlebih dahulu, sebab kesenjangan yang terjadi selama ini bisa jadi merupakan penghambat suksesnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah selama ini, khususnya kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Kebijakan pemerintah yang menghapus mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di tingkat SMP/MTs pada kurikulum 2013 untuk saat ini mungkin harus ditinjau kembali, sebab kepemilikan peralatan, penggunaan dan penguasaan TIK terutama komputer di daerah tertentu masih belum terbisaa, sehingga hal ini akan menghambat penguasaan TIK dikalangan peserta didik yang belajar di daerah tersebut. Kesadaran orang tua akan pentingnya penggunaan peralatan TIK terutama komputer untuk saat ini khusus di daerah pedesaan masih belum menggeliat seperti orang tua yang ada di perkotaan, sehingga anak-anak mereka tidak bisa mempelajari sendiri komputer di rumah masing-masing, dan kalau di sekolah tidak diajarkan secara langsung maka sebagian dari mereka tidak akan bisa menggunakan komputer dan hal ini jelas akan menghambat pelaksanaan UNBK pada periode berikutnya.

Standar pemerintah yang menyamakan sekolah yang ada di perkotaan dengan yang ada di pedesaan untuk saat ini masih belum tepat, sebab kesadaran masyarakat di perkotaan dengan di pedesaan mengenai pendidikan anak-anaknya juga belum sama. Kebanyakan orang tua di pedesaan menyekolahkan anaknya asal anak sekolah saja dan terkadang kurang memperhatikan fasilitas yang diperlukan untuk anak-anaknya belajar, hal ini mungkin karena tingkat kesejahteraan hidup, kesulitan mengakses peralatan TIK, ketidaktahuan akan pentingnya peralatan TIK masyarakat di pedesaan juga tidak sama dengan masyarakat diperkotaan dan bahkan cenderung acuh tak acuh.

Peserta didik yang belajar diperkotaan mungkin mereka sudah terbiasa menggunakan berbagai macam peralatan TIK seperti komputer atau internet dalam kehidupan sehari-hari di luar sekolah, karena bagi mereka peralatan-perlatan tersebut memang sudah ada di rumah masing-masing, dan kalaupun tidak ada dirumahnya mereka dapat dengan mudah mengakes di tempat-tempat lain sehingga dasar-dasar penggunaan perlatan tersebut sudah tidak menjadi masalah bagi mereka. Berbeda dengan peserta didik yang belajar di pedesaan, mereka kalau tidak diajarkan di sekolah tentang dasar-dasar penggunaan komputer dan internet, maka untuk sebagain dari mereka tidak akan tahu cara menggunakannya karena keterbatasan sarana yang mereka miliki juga ketersedian sarana umum yang berkaitan dengan TIK yang ada di pedesaan masih terbatas. Misal untuk mendapatkan akses internet saja mereka kesulitan, karena jaringan yang terbatas, atau kalaupun harus ke warnet (warung internet) maka mereka harus menempuh jarak kiloan meter karena untuk mengakses warnet yang terdekat saja harus mencari ke tempat lain yang jaraknya jauh.

Niat pemerintah untuk melaksanakan UNBK secara serempak di seluruh wilayah Indonesia perlu diapresiasi positif oleh semua pelaksana pendidikan. Karena kegiatan ini banyak sekali kelebihan dan manfaat yang bisa didapatkan, diantaranya dapat menghemat biaya pengadaan dan sirkulasi soal yang tidak lagi memerlukan kertas, kemudian objektifitas pelaksanaan UN dapat teruji karena hasil jawaban peserta didik langsung diterima oleh panitia penyelengara di tingkat pusat, sehingga kecurangan dapat diminimalisir, selain itu pelaksanaan UNBK serempak akan meningkatkan penguasaan Information Comunication and Technology (ICT) dikalangan peserta didik juga para pendidik, karena secara tidak langsung mereka akan dipaksa untuk menguasai ICT untuk mengikuti tantangan dan perkembangan zaman.

Niat baik pemerintah tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak terutama para pemangku kebijakan yang berhubungan langsung dengan dunia pendidikan, sebab kebijakan ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa ada kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Pemerintah yang mempunyai kebijakan semestinya memberikan dorongan tidak hanya moril tapi juga berupa materil kepada setiap satuan pendidikan yang belum mampu mengadakan UNBK dan harus menganalisis berbagai hal sebelum mengeluarkan kebijakan, misalnya apakah semua satuan pendidikan sudah siap dari segi infrastrukturnya untuk melaksanakan UNBK? Apakah pemerintah juga sudah melakukan upaya untuk membantu pengadaan perlengkapan yang dibutuhkan oleh setiap satuan pendidikan, misalnya dengan memberikan bantuan pengadaan alat? Apakah pemerintah sudah mengetahui kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) di satuan pendidikan yang dapat mendukung pelaksanaan UNBK?

Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasti semuanya bermaksud positif demi kemajuan bangsa dan Negara kita, termasuk kebijakan pelaksanaan UNBK yang harus dilaksanakan mulai tahun pelajaran 2016/2017. Dengan berbagai kekurangan yang dimilki dan berbagai kendala yang dihadapi mudah-mudahan kegiatan UNBK bisa dilaksanakan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara lain untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa yang kita cintai ini. Amin

*Guru Matematika di MTs Cijangkar Ciawi dan Pembina ekskul Jurnalistik MTs Cijangkar, blog bias dikunjungi http://www.jurnalistikmtscijangkar.blogspot.com

Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id

Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya


Kompetensi Supervisor Pendidikan


Kompetensi utama seorang supervisor terletak pada kemampuan personalnya. Mann (1965) mengidentifikasi persyaratan untuk semua supervisor, yaitu : teknikal, human, manajemen atau administratif. Ketiga kompetensi tersebut disebut gabungan keterampilan (skil mix). Dimensi teknikal berkaitan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan dalam melaksanakan Kurikulum dan sistem penilaiannya.
Keterampilan manajerial mencakup perencanaan, organisasi, staffing, pendelegasian tanggungjawab, pengarahan, dan pengendalian. Lima hal tersebut merupakan fungsi dari manajemen. Keterampilan manajerial supervisor mencakup kemampuan menghubungkan kerja unit dengan unit lain bagian dari lembaga pendidikan. Kerja unit ini bisa berupa hasil kerja guru satu dengan yang lainnya atau kerja dari staf administrasi sebagai pendukungnya.
Keterampilan human dalam supervisi merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan perubahan untuk perbaikan atau peningkatan. Untuk itu seorang supervisor harus mampu berkomunikasi dengan baik, termasuk kemampuan menyampaikan saran dengan baik, yaitu mudah dipahami. Jadi seorang supervisor harus menguasai pengetahuan tentang subtansi yang dipantau dan dievaluasi, memiliki keterampilan berhubungan dengan orang lain termasuk berkomunikasi, dan memiliki keterampilan dalam pengelolaannya.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang supervisor adalah sebagai berikut:
1.    Mampu melakukan supervisi sesuai dan teknik-teknik yang tepat.
2.    Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat.
3.    Memahami dan menghayati, tujuan dan teknik supervisi.
4.    Menyusun program supervisi pendidikan.
5.    Melaksanakan supervisi pendidikan.
6.    Memanfaatkan hasil-hasil supervisi.
7.    Melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi.

HALO KKG, MGMP APA KABAR?

Halo KKG, MGMP Apa Kabar?
Oleh: Asep Saepulmillah*

       Menjamurnya komunitas belajar (learning community)  merupakan fenomena masyarakat ýang melek saat ini. Animo ini didasari atas kesamaan visi, kebutuhan dan ketertarikan untuk mengembangkan aktualisasi dirinya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan  lingkungannya. Di samping itu, komunitas ini terbentuk atas dasar ikatan profesi, misalnya, yang populer di sekolah dan madrasah yaitu dengan kelompok kerja guru (KKG) untuk guru SD/MI dan musyawarah guru  mata pelajaran (MGMP) untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.  Intinya, forum guru ini berfungsi sebagai wadah untuk pengembangan kompetensi dan  profesionalitas dalam pembelajaran.
       Kenyataannya, peran KKG dan MGMP masih belum optimal. Forum guru ini masih belum teratur dan tidak konsisten jika dikatakan sebagai wadah pengembangan keprofesian  berkelanjutan ( continuing professional development) atau PKB, Mengapa?  Karena terbukti, masih banyak guru yang menganggap bahwa PKB itu sifatnya pragmatis hanya untuk keperluan pemenuhan angka kredit atau untuk  kenaikan pangkat. Program yang digulirkan pemerintah ini belum menyentuh pada inti atau ruh KKG/MGMP yakni peningkatan mutu pembelajaran.
       Di samping bersifat pragmatis, keberadaan PKB di KKG/MGMP bersifat proyek. Karena  bersifat proyek maka yang dibidik oleh program tersebut masih belum merata, dalam hal ini adalah guru-guru sekolah negeri yang PNS, sedangkan guru sekolah/madrasah swasta harus bersabar dalam  dalam penantian. Artinya, mutu pendidikan masih didominasi oleh madrasah/sekolah negeri yang kesejahteraan  dan fasilitasnya  relatif mapan.
       Hasil kajian Analytical and Capacity Development Partnership  (ACDP), sebuah lembaga kemitraan Kemendikbud, melaporkan bahwa banyak guru tidak menerima program pengembangan profesional yang berkesinambungan.  Sedikit bimbingan praktik kerja oleh fasilitator eksternal,  kepala sekolah, pengawas maupun guru berpengalaman. 
      Diakui dengan menggunakan metode berjenjang pembinaan guru inti kemudian disebarkan kepada guru lain dirasa kurang efektif. Di sini, pentingnya kegiatan jangka panjang berbasis kerja kelompok (teamwork). Oleh karena itu diperlukan optimalisasi atau revitalisasi KKG, MGMP.
      MGMP sebenarnya merupakan organisasi  yang sangat strategis untuk mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme  guru. Namun berdasarkan peņgamatan penulis terhadap organisasi yang lahir lebih dari 2 dasawarsa ini,  kinerjanya belum optimal karena kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya belum memenuhi kebutuhan para guru untuk meningkatkan profesionalisme mereka.
       Beberapa faktor yang memengaruhi pasang surutnya peran KKG/MGMP, diantaranya ukuran organisasi yang masih terlalu besar, manajemen yang belum matang, ketersediaan anggaran yang belum mencukupi, serta dukungan para stakeholder yang dirasa masih kurang. Di samping itu, pembentukan MGMP  dan pelaksanaannya sebagian masih formalitas dan tuntutan birokrasi sehingga tidak terkelola secara mandiri.
     MGMP belum memberikan hasil yang signifikan bagi pengembangan kualitas kompetensi guru. Studi yang dilakukan oleh world bank bahwa hanya 50% guru yang terhimpun dalam KKG/ MGMP, dan hanya 40%  yang mendapatkan pengetahuan terkait materi ajar dan praktik mengajar. 33% guru di KKG dan 32% di MGMP yang mendapatkan pengetahuan terkait dengan riset tindakan kelas. (PR, 10/6/2016). Melihat kondisi seperti ini keberadaan MGMP tampak mati suri.
     Sejatinya KKG, MGMP menjadi jaringan alternatif  yang mengorganisasikan guru untuk bertemu secara berkala. Mengapa? karena forum ini merupakan jalur yang paling banyak  dan mudah ditempuh guru dalam menerima program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). Untuk memberikan akses yang mudah bagi guru, pembentukan KKG/MGMP  tidak hanya di tingkat kabupaten/kota, tetapi dapat dibentuk di tingkat wilayah atau zona, yaitu gabungan  beberapa sekolah/madrasah terdekat baik di satu kecamatan atau  beberapa kecamatan. 
       Muatan yang disajikan KKG/MGMP melalui program kegiatan semestinya dapat menyentuh pada kebutuhan guru secara aplikatif di kelas. Sejauh ini, kegiatan kelompok dan musyawarah guru hanya  seputar masalah klasik dan konvensional, seperti perangkat administrasi, belum menyentuh aspek  metodologi dan evaluasi. Padahal, dengan penguasaan kompetensi praktis seperti pendekatan, metode dan penilaian pembelajaran dapat mendorong guru mengetahui pola mengajar di kelas. Dengan demikian, guru mampu meningkatkan mutu proses dan hasil  pembelajaran.
       Simulasi praktik mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang dirancang bersama di KKG/MGMP dapat memberi pelajaran yang efektif bagi guru.  Guru dapat melakukan evaluasi dan refleksi atas simulasi praktik mengajar, - yang dilakukan dengan teman sejawat ( peer teaching) maupun dengan peserta didik di kelas  yang senarnya ( real teaching), untuk perbaikan pembelajaran.  Perbaikan pembelajaran selanjutnya dilakukan berdasarkan bukti penelitian dan  data.
       Disamping muatan tentang penguasaan metodologis, guru di KKG diharapkan proaktif merespon isu-isu aktual yang berkembang di dunia pendidikan saat ini. Misalnya, bagaimana kumpulan guru ini  menyikapi perubahan paradigma pembelajaran era milenial, era transformasi digital 4.0, 5.0, 6.0 dan seterusnya. Tantangan terbesar pembelajaran era ini bukan hanya diskusi tentang apa yang akan diajarkan (subject matters) tetapi mempersiapkan  peserta didik mampu menerapkan cara belajar dan meraih informasi serta memanfaatkannya dalam kehidupan.
       Kebijakan pemerintah sekarang mulai fokus untuk mengembangkan keterampilan abad 21 yang meliputi keterampilan berpikir kritis (critical thinking) dan pemecahan masalah (problem solving), kolaborasi (collaboration), komunikasi (communication), dan kreativitas (creativity).   Pengembangan literasi, penguatan karakter dan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills)  dalam pembelajaran juga  menjadi subjek diskusi dan diseminasi aplikatif antar guru di forum ini.
        Pembelajaran abad 21 dengan karakteristik di atas hanya bisa dicapai jika guru diberikan kemampuan untuk mengajar keterampilan tersebut secara efektif. Oleh karena itu semestinya KKG/ MGMP  menjadi kerangka dan wadah yang efektif untuk memfasilitasi pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan.
       Saat ini geliat guru untuk membangkitkan kembali peran ĶKG/MGMP makin melemah dengan berbagai alasan. Di sisi lain, banyak guru yang bersemangat ingin mengembangkan kompetensi profesionalismenya melalui melalui komunitas belajar yang tepat. Mereka membutuhkan wadah pertemu, baik yang langsung  maupun tidak langsung melalui akses media jejaring. Untuk itu, guna menguatkan kembali (revitalisasi) gairah kumpulan musyawarah para guru ini dibutuhkan dukungan dari manajemen sekolah dalam hal perizinan dan penganggaran sekolah/madrasah.
       Disamping itu, kelompok musyawarah guru ini  diharapkan mampu mengemas  program yang up- to-date sesuai dengan kebutuhan guru dalam pembelajaran milenial; juga mampu memanfaatkan anggaran yang disediakan  pemerintah untuk peningkatan mutu melalui  program pengembangan profesi berkelanjutan;  atau membangun kerja sama dengan pihak perusahaan dalam pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR). Jadi, ungkapan pertanyaan pada judul di atas bisa terjawab: "KKG/MGMP Insya Allah sukses, sehat, tetap semangat, alhamdulillah".

*Pengawas Madrasah Kemenag Kab. Tasikmalaya,  Learning Trainer and Consultant, Pembina MGMP Bahasa Inggris MTs, Kab.Tasikmalaya.

Followers